Tubuhku Hutan Belantara
HIDUPLAH KAU
Di kepalaku kebun yang
senantiasa terawat.
Mimpi-mimpi dan kenangan
adalah air yang mengalir.
Kau kira sudah habis
sisa-sisamu: tumbuh subur
menjadi puisi.
Pepohonan ingatanku, bukan
untukku sendiri, tapi, hiduplah kau.
(Di luar itu, menjadi
sia-sia belaka)
Kau kukenang
sendiri, hari ini, detik ini
Halo, apakah kau
menghadiri perayaan itu?
2021
__________________________________________
TUMBUH
Benarkah kau
Perempuan yang ada
Di semesta pikirku
Yang sering meninabobokan
Anak kecil di dalamnya
Yang mengusap-usap
Yang menghasut
Memanggil dan menggigil
Kepada bebijian untuk tumbuh
Di kepalaku.
2021
__________________________________________
RITUAL HUJAN JUNI
: untuk bapak Sapardi
Sela-sela kemarau
Hujan bersikeras bertahan
Membawa aroma, lika-liku
Suara partitur dan nada berulang
"Kenangan tidak mau undur diri,
sebab pintu keluar seluruhnya dikunci."
:
Khusyuk mendengar khotbah
Penyair hujan bulan Juni
Yang begitu tabah
Di hadapan puisi
Dibuatnya doa
Dan jejak-jejak kaki
Di bawah hujan yang menari
Agar sampai pada Tuhan, ucapnya
Meski yang lain ada yang lengah
Atau tengah mati suri.
2021
__________________________________________
TRAGEDI
Di sini
Sajak yang lama, entahlah
Kau tetaplah menjadi kau.
Barangkali di sela-sela malam
Kau angin yang merubuhkanku.
Atau mungkin juga suasana adalah
Kopi malang kejatuhan lalat.
Di entah, yang sedari kapan.
Kau adalah tragedi yang
Tidak pernah usai kusiasati.
Apalagi yang layak dikenang
Darimu, aku telah memiliki
Kehilangan ini.
2021
__________________________________________
MENULIS WASIAT
(Selepas kenangan yang mampir ngopi
sebentar di sudut ingatan)
Mengapa pula kenangan selalu
mengenal baik ingatan, tubuhku
hutan belantara dan aku sendiri
masih tersesat di dalamnya. Tidak
sendirian, sebetulnya.
Mengapa aku sering mematahkan hatiku
sendiri. Kau juga. Hidup begitu liar dan
terkadang kita tak bisa berbuat apa-apa.
Kau adalah bekal petualangan, sebelum
akhirnya kau dan aroma parfummu hilang.
:
Sebentar lagi–kita mati.
Sebelum benar-benar lupa, aku ingin menulis
wasiat ini. Di semak-semak tubuhku, sisa-sisamu
terpencil di situ, dan masih bermimpi (?).
Aku menuliskannya, atau keburu padam
sebelum benar-benar ada yang memahaminya.
2021
__________________________________________
Komentar
Posting Komentar